SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang rupiah. (Freepik)

Solopos.com, JAKARTA – Pelemahan Rupiah sebesar 38 poin menjadi Rp16.413 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.375 per dolar AS dipicu kenaikan tingkat kepercayaan konsumen AS dari 100,4 menjadi 101,3.

Hal ini semakin membuka peluang Federal Reserve (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga acuan tetap tinggi dalam jangka waktu lebih lama.

Promosi Jelang HUT ke-59, Telkom Gelar Customer Gathering hingga Beri Bantuan ke UMKM

“Tanda-tanda ketahanan perekonomian AS baru-baru ini dari data indeks manajer pembelian yang kuat (51,7 dari sebelumnya 51,0) dan pembacaan kepercayaan konsumen memicu kekhawatiran bahwa The Fed akan memiliki cukup ruang untuk mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama,” ujar Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuabi dalam keterangan resmi, Jakarta, Rabu (26/6/2024) seperti dilansir Antaranews.

Seperti diketahui, Gubernur Fed AS Michelle Bowman membuka peluang kenaikan suku bunga acuan AS karena inflasi AS sulit turun.

Menurut Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra, pernyataan pejabat Fed tersebut mendorong peningkatan indeks saham AS yang bergerak di atas 105,60 dari sebelumnya 105,40.

Penguatan indeks harga rumah AS menjadi 0,2 persen dari sebelumnya 0,1 persen turut menaikkan indeks saham AS.

“Kenaikan indeks dollar AS ini efek dari data ekonomi AS semalam, yaitu data harga rumah dan tingkat keyakinan konsumen AS yang masih memperlihatkan kenaikan, sehingga masih berpotensi menyumbang inflasi AS,” ungkap dia.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu melemah ke level Rp16.435 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp16.379 per dolar AS.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan tren nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menguat, didukung faktor fundamental ekonomi Indonesia.

“Rupiah secara fundamental itu trennya, jangan ditanya hari per hari lho, ini trennya akan menguat. Inflasi kita rendah, growth bagus, kreditnya bagus,” kata Perry usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (20/6/2024) petang seperti dilansir Antaranews.

Faktor fundamental yang diperkirakan akan memengaruhi penguatan nilai tukar rupiah adalah inflasi rendah yakni 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan 5,1 persen, serta pertumbuhan kredit sebesar 12 persen.

Namun, Perry memperingatkan adanya faktor sentimen jangka pendek yang bisa menyebabkan rupiah melemah, di antaranya kondisi geopolitik global dan sikap bank sentral AS atau The Fed yang tidak terburu-buru memangkas suku bunga.

Di dalam negeri, Indonesia juga sedang menghadapi sentimen domestik dengan kenaikan permintaan pembiayaan dari korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang.

“[Meskipun] fundamentalnya ke depan rupiah akan menguat, tetapi gerakan dari bulan ke bulan akan tergantung pada sentimen-sentimen ini,” ujar Perry.

Jika dibandingkan dengan mata uang negara lain, kata dia, pelemahan rupiah masih lebih baik. Sejak Desember 2023 hingga pertengahan Juni ini, rupiah melemah 5,92 persen terhadap dolar AS.

Sementara itu, won Korea melemah 6,78 persen, baht Thailand melemah 6,92 persen, peso Meksiko melemah 7,89 persen, real Brazil melemah 10,63 persen, dan yen Jepang melemah 10,78 persen.

“Jadi pelemahan rupiah itu relatif masih lebih baik. Dan kami yakin ke depan akan menguat, fundamentalnya akan mengarah ke sana,” ujar Perry, meyakinkan.

Sebelumnya, nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi ini turun 18 poin atau 0,11 persen menjadi Rp16.383 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar Rp16.365 per dolar AS.

Salah satu penyebabnya adalah kebijakan The Fed yang tidak menurunkan suku bunganya hingga dipengaruhi tensi geopolitik dunia yang memanas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya