SOLOPOS.COM - Executive Chef di Alila Solo, Didi Sarwono.(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO – Sudah sekitar dua tahun, Didi Sarwono bertugas sebagai Executive Chef di Alila Solo. Baginya dunia boga tidak sekedar makanan. Bahkan dengan berkarier di dunia chef, Didi pun secara tidak langsung bisa menggapai cita-citanya sejak kecil, yakni menjelajahi berbagai kota dan negara.

Didi Sarwono lahir di Jakarta pada sekitar tahun 1980 yang kemudian menemukan kecintaannya pada memasak di tahun 2000. Terinspirasi oleh kompleksitas dan kreativitas yang dibutuhkan dalam seni kuliner, Chef Didi menyadari memasak bukan sekedar profesi. Memasak juga sebuah panggilan yang membutuhkan komitmen emosional, pemikiran imajinatif, dan kreativitas tinggi.

Promosi Telkom Dukung Startup untuk Berkontribusi dalam Pengembangan IKN

Hampir sama dengan kebanyakan orang, dimana perkenalan pertama pada menu-menu makanan bermula dari masakan ibu di rumah. Bahkan Chef Didi mulai mencintai kuliner dari sebuah menu favorit yang selalu dimasak oleh ibunya, yaitu opor ayam. Dia menceritakan, saat masih kecil selalu menunggu menu tersebut yang biasanya dimasak ibunya setiap akhir pekan.

Saat itu tentu dirinya belum memiliki cita-cita menjadi seorang chef yang akan memasak seenak masakan ibunya. Bahkan saat sekolah di jenjang SMK, dia sempat menolak ketika diarahkan mengambil jurusan boga. Sebab menurutnya saat itu, jurusan yang paling menyenangkan adalah jurusan travel. “Sebab saya suka jalan-jalan,” kata dia.
Tak disangka, suatu saat dia bekerja di sebuah restoran.

Di awal kariernya, dia bertugas untuk membersihkan meja tamu dan restoran secara umum. Namun dari situ, saat setiap hari melihat para chef yang bertugas di dapur, dia merasa bekerja sebagai chef lebih menyenangkan. Hingga dia pun diberi kesempatan untuk bekerja di bagian dapur untuk ikut dalam proses memasak.

“Jadi karena melihat di dapur itu sepertinya lebih fun, saya pun tanya kepada manajer, boleh tidak pindah ke dapur. Ternyata diizinkan, akhirnya ya dapat tugas cuci piring, potong-potong segala macam, tapi menyenangkan. Itu sekitar tahun 1999,” kata dia.

Seiring berjalannya waktu, cita rasa dan tekniknya semakin meningkat dan kini ia lebih memilih membuat olahan laut yang memerlukan ketelitian dalam penanganan bahan. Chef Didi juga terus mengembangkan karier kulinernya di salah satu hotel bintang 5 prestisius di Jakarta. Kemudian tidak lama setelah debut kariernya di dunia kuliner, Ia langsung masuk dalam 10 finalis terbaik dalam ajang kompetisi memasak “Chef of The Year 2012” yang diselenggarakan oleh Unilever Food Solutions. Menurutnya pengalaman tersebut memberikan landasan yang kuat untuk kesuksesannya di kemudian hari.

Bahkan setelah itu, dia juga berkesempatan untuk berkarier di berbagai kota dan negara. Seperti di Surabaya, Yogyakarta, Jakarta dan kota-kota lain. Bahkan dia juga pernah berkarier hingga ke Jerman dan Dubai. Pengalaman tersebut memungkinkannya untuk memperluas wawasan kuliner dan memasukkan ragam pengaruh berbeda ke dalam masakannya.

Executive Chef di Alila Solo, Didi Sarwono.(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Executive Chef di Alila Solo, Didi Sarwono.(Solopos.com/Bayu Jatmiko Adi)

Perjalanan kerier tersebut secara tidak langsung juga memenuhi cita-citanya untuk bepergian ke berbagai tempat. Kepindahannya dari kota satu ke kota lain, bahkan hingga ke negara lain, bukan berarti untuk semata-mata mengadu nasib. Menurutnya mengetahui budaya dari berbagai tempat merupakan hal yang sangat menyenangkan.

“Jadi saya bisa tahu, oh di sana budayanya seperti apa, kehidupannya seperti apa, orang-orangnya seperti apa. Begitu juga ketika saya di Dubai dan bertemu dengan orang dari berbagai negara, saya bisa mendapatkan banyak wawasan,” jelas dia.

Sampai pada waktunya dia berpindah ke Solo, tepatnya di Alila Solo sekitar dua tahun lalu. Kesan awalnya terhadap Solo, adalah kota yang tenang. Menurutnya dari sisi budaya maupun suasana, Solo cukup tenang dibandingkan kota-kota lainnya. Sedangkan dari sisi makanan, Solo hampir sama dengan Jogja namun tetap punya ciri khas sendiri. “Saya sebelumnya pernah di Jogja, namun baru ketemu tengkleng ya di Solo ini,” lanjut dia.

Dia mengaku, meski sempat bekerja di Jogja, belum pernah sama sekali datang ke Solo. Namun karena tertarik untuk berkarier di Alila Solo, akhirnya dia pun datang ke Solo dan ternyata betah hingga saat ini. Menurutnya Alila Solo sangat istimewa, karena bisa menawarkan lokasi baru dan pengalaman baru yang terus memperkaya khasanah kulinernya.

Chef Didi mengaku sangat bersemangat dengan perannya di Alila Solo, dan berkomitmen untuk memajukan masakan warisan sebagai inti dari sajian yang disuguhkan di hotel.

Chef Didi mengaku Alila Solo mempunyai tempat khusus di hatinya. Menurutnya tempat tersebut memungkinkannya untuk menghormati tradisi sekaligus mendorong inovasi. Sebuah area di mana masakan tradisional dapat dijelajahi dan dikembangkan guna menciptakan pengalaman bersantap yang unik.

Chef Didi juga ingin menjadikan Alila Solo sebagai pionir keunggulan kuliner yang dikenal dengan komitmennya dalam melestarikan dan merayakan kekayaan tradisi kuliner Indonesia. Ke depannya, Chef Didi berharap bisa menghadirkan cita rasa masakan dari seluruh Indonesia, hingga seluruh dunia, ke meja Alila Solo. Ia berencana mewujudkannya dengan program pertukaran chef dari berbagai properti Hyatt ke Alila Solo. (Bayu Jatmiko Adi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya