SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang insentif. (Antara)

Solopos.com, JAKARTA–Pertumbuhan nilai simpanan nasabah kelas menengah ke bawah di Tanah Air terus menurun sejak Januari hingga April 2024. Pemerintah dinilai perlu memberikan insentif agar nilai simpanan nasabah kelas menengah ke bawah meningkat.

“Nasabah kelas menengah ke bawah yang [nilai simpanannya] satu miliar ke bawah gitu ya, nah ini yang tidak dirawat, padahal ini yang menjadi penopang ekonomi Indonesia dari sisi konsumsinya,” kata Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan di Jakarta, Selasa (25/6/2024).

Promosi Perluas Akses Kehidupan Desa, Telkom Rekonstruksi Jembatan Gantung di Sukabumi

Dia mengatakan pertumbuhan simpanan nasabah yang bernilai antara Rp100 juta hingga Rp200 juta hanya mencapai 2,96 persen pada April 2024, jauh di bawah rata-rata pertumbuhan simpanan nasabah dari semua kelas yang mencapai 7,58 persen pada bulan tersebut.

Bahkan angka tersebut juga lebih rendah daripada pertumbuhan nilai simpanan nasabah kelas bawah, yakni yang bernilai di bawah Rp100 juta, yang mencapai 4,77 persen pada April 2024.

“Pertumbuhan kelas bawah memang masih tumbuh 4,77 persen karena ada BLT [bantuan langsung tunai],” ucap Abdul.

Dia menambahkan pertumbuhan simpanan nasabah kelas menengah atas yang bernilai antara Rp2 miliar hingga Rp5 miliar serta nasabah kelas atas yang bernilai melebihi Rp5 miliar juga tercatat naik pada April 2024 dibandingkan bulan sebelumnya.

Pada bulan tersebut, kedua kelas nasabah mencatatkan pertumbuhan nilai simpanan masing-masing sebesar 6,37 persen dan 10,2 persen. Menurutnya, hal tersebut dikarenakan masyarakat kelas atas tersebut juga menikmati berbagai insentif, salah satunya insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) ditanggung pemerintah (DTP).

“Nah kelas menengah ini tidak dikasih apa-apa nih, makanya pertumbuhan tabungan mereka itu hanya 2,96 persen,” ujar Abdul. Padahal, tambah dia, masyarakat kelas menengah merupakan kelompok yang rentan turun kelas ketika terjadi guncangan ekonomi, terutama dari kenaikan harga bahan pokok.

Abdul menguraikan jika hal tersebut terjadi, konsumsi kelas menengah bisa jadi menurun dan tidak dapat lagi berkontribusi untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional. “Kalau mereka tidak konsumsi, berarti tidak akan tumbuh ekonominya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya