SOLOPOS.COM - Kepadatan lalu lintas di kawasan Pasar Gede Solo, Minggu (14/4/2024). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Jika nantinya Solo telah terwujud sebagai kota metropolitan baru, maka semua akan melirik Solo, termasuk dari para investor.

“Sementara Solo tidak akan besar jika hanya berkutat dengan wilayahnya. Sebaliknya, daerah sekitar tidak bisa lebih berkembang kalau tidak memanfaatkan potensi Solo,” ujar Ketua Kadin Solo, Ferry Septha Indrianto,dalam program Leaders Talk yang dipandu Presiden Direktur Solopos Media Group (SMG), Arif Budisusilo, Rabu (19/6/2024).

Promosi Telkom Dukung Startup untuk Berkontribusi dalam Pengembangan IKN

Menurut Ferry, akan sangat disayangkan ketika nantinya banyak investasi masuk di Solo, namun pengembangannya terhenti hanya karena ego sektoral.

Menurutnya, pentingnya aglomerasi adalah untuk mencapai Soloraya untuk bertumbuh berkelanjutan. Sebab apapun, yang namanya gagasan pertumbuhan ekonomi, fokusnya pada akhirnya adalah ada tidaknya lapangan pekerjaan.

“Bagaimana pertumbuhan itu secara inklusif terwujud. Artinya sumberdaya lokal yang memiliki peran,” kata dia.

Menurut Ferry, aglomerasi Soloraya bukan lagi menjadi keharusan, namun lebih pada kebutuhan untuk semua pihak.

Sebelumnya upaya mencapai aglomerasi Soloraya tersebut juga telah mendapatkan dukungan dari Pemerintah Kota Solo maupun dari Bank Indonesia. Penguatan aglomerasi di Soloraya dinilai bisa mendorong percepatan ekonomi Soloraya.

Sekretaris Daerah Kota Solo, Budi Murtono, menyebutkan saat ini aglomerasi menjadi suatu keniscayaan.

Melihat perkembangan dan dinamika lingkungan, dinamika global maupun dinamika ekonomi sosial, kolaborasi antar daerah menjadi sesuatu yang tidak bisa ditolak.

Dia mengatakan dalam Rencana RPJMN, disebutkan adanya beberapa rencana ke depan yang disiapkan. Salah satunya menjadikan Solo sebagai kota penghubung.

“Dalam RPJM nasional, ada kalimat seperti itu. Artinyan di peta nasional, Solo sudah dianggap sebagai poin penting, baik untuk pengembangan ekonomi maupun wilayah. Itu yang juga diterjemahkan oleh provinsi maupun pemkot, jika Solo akan menjadi kota penghubung, artinya kita tidak bisa bekerja sendiri. Solo harus punya peran bersama daerah sekitarnya untuk maju dan tumbuh bersama,” kata dia, Sabtu (8/6/2024).

Dari sudut pandang Bank Indonesia, Kepala Kantor Perwkilan Bank Indonesia (KPw BI) Solo, Dwiyanto Cahyo Sumirat, menilai keberadaan aglomerasi Soloraya akan mendukung pengendalian inflasi.

Menurutnya selama ini inflasi sering disebabkan oleh ketidakseimbangan informasi. Misalnya satu daerah yang cenderung berperan sebagai konsumen komoditas, kadang tidak tahu ada daerah di Soloraya yang ternyata melimpah untuk produk-produk tertentu. Dengan adanya aglomerasi, diharapkan hal itu tidak terjadi.

Selain itu juga akan berdampak positif untuk perekonomian daerah dari sisi investasi. Sebab ketika aglomerasi tersebut ternyata menjadi daya tarik bagi investor masuk, maka akan membawa dampak bukan hanya daerah tujuan investasi namun daerah sekitarnya.

Kebutuhan tenaga kerja buntut dari masuknya investasi, tentunya tidak hanya dipenuhi dari daerah setemoat, namun termasuk daerah sekitar.

Munculnya satu kawasan industri baru di satu daerah di Soloraya tentunya juga berdampak pada meningkatnya kebutuhan pasokan beras, daging dan sebagainya, yang bisa dipenuhi dari daerah lain di Soloraya.

“Artinya keberadaan investasi di suatu daerah bisa memberikan kesejahteraan bukan hanya daerah itu tapi juga daerah lain,” ujarnya.

Belum lagi pentingnya pengembangan pariwisata yang perlu digarap bersama lintas daerah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya