SOLOPOS.COM - Perbankkan Syariah (Dok/JIBI)

Solopos.com, JAKARTA–Pangsa pasar perbankan syariah meningkat menjadi 7,38 persen pada Maret 2024. Peningkatan pangsa pasar tersebut diikuti dengan pertumbuhan aset yang mencapai 9,71 persen atau sekitar Rp900 triliun.

Data tersebut disampaikan Komisioner Pengawas Pemerintah & Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Defri Andri dalam acara Kickoff Bulan Pembiayaan Syariah 2024 di Jakarta, Selasa (25/6/2024). Menurutnya, peningkatan tersebut menunjukkan perbankan syariah mampu menghadapi krisis dan menjadi pilar penting dalam sistem keuangan nasional.

Promosi Tingkatkan Konektivitas Data Center, Telin dan SingTel Kembangkan SKKL

“Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar kedua di dunia, Indonesia berkomitmen untuk menjadi pusat ekonomi syariah terbuka di dunia,” jelasnya seperti dilansir Antara.

Komitmen itu tertuang dalam Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024 yang bertujuan menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri, makmur, dan madani.

Lebih lanjut, dia menyatakan OJK juga mendukung penuh pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia. Sebagai bentuk komitmen, OJK telah menerbitkan peta jalan atau roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia 2023-2027.

“Temanya yaitu bank syariah yang unggul untuk masyarakat yang sejahtera dan di sana kami sudah menyusun berbagai hal dari yang hal level sampai ke detail mengenai kontribusi bank syariah dalam perekonomian nasional yang sebagaimana kita ketahui bersama,” jelasnya.

Roadmap tersebut memerinci berbagai langkah strategis mulai dari tingkat makro hingga mikro untuk meningkatkan kontribusi bank syariah dalam perekonomian nasional, yang sebagian besar didukung oleh peran UMKM.

Dikatakan Defri, transformasi perbankan syariah memiliki dua dimensi utama yang menjadi perhatian yakni dimensi ketahanan dan daya saing, serta dimensi dampak sosial ekonomi.

Peningkatan Daya Saing

Pada dimensi ketahanan dan daya saing, peningkatan dapat dilakukan melalui penguatan manajemen risiko dan tata kelola syariah, konsolidasi perbankan syariah, serta penguatan resiliensi. Selain itu, inovasi terus dilakukan untuk menonjolkan diferensiasi produk dan layanan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

“Pada dimensi ketahanan dan daya saing peningkatan dapat dilakukan melalui penguatan manajemen risiko dan tata kelola Syariah konsolidasi perbankan syariah penguatan resiliensi dan senantiasa berinovasi untuk menonjolkan diferensiasi produk dan layanan,” kata Defri.

Kemudian dari sisi dimensi dampak sosial ekonomi, OJK berupaya memastikan perbankan syariah tidak hanya berkontribusi terhadap stabilitas ekonomi, tetapi juga memiliki dampak positif bagi masyarakat luas, terutama dalam hal inklusi keuangan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Adapun dalam kesempatan yang sama, Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyampaikan pembiayaan perbankan syariah di Indonesia juga mengalami pertumbuhan14,07 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei 2024.

Pertumbuhan itu mencerminkan potensi besar sektor perbankan syariah di Indonesia, yang semakin mendapat perhatian baik di tingkat domestik maupun internasional.

“Di domestik pembiayaan oleh perbankan syariah juga tumbuh tunggu cukup baik, cukup tinggi. Pada bulan Mei tumbuh mencapai 14,07 persen secara year on year, lebih tinggi dibandingkan pembiayaan konvensional yang tumbuh 12,15 persen secara year on year,” kata Juda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya